Netanyahu Hindari Penerbangan di Wilayah Udara Eropa Demi Menghindari Surat Penangkapan ICC

Selasa, 04 Februari 2025 | 10:46:32 WIB
Netanyahu Hindari Penerbangan di Wilayah Udara Eropa Demi Menghindari Surat Penangkapan ICC

Pada Minggu, 2 Februari 2025, langkah mengejutkan diambil oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, saat pesawatnya mengambil rute penerbangan yang tidak biasa menuju Washington. Keputusan ini didasari oleh upaya menghindari wilayah udara negara-negara yang berpotensi menegakkan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadapnya.

Laporan dari surat kabar Israel, Maariv, mengungkapkan bahwa pesawat "Wing of Zion" yang mengangkut Netanyahu menghindari negara-negara Eropa yang mendukung surat perintah tersebut. Rute penerbangan ini dimodifikasi dengan cermat demi memastikan tidak tertangkap oleh radar negara-negara yang berpotensi menangkapnya. "Pesawat Wing of Zion yang membawa Perdana Menteri melintasi Samudra Atlantik, dengan sengaja menghindari negara-negara Eropa yang menegakkan surat perintah penangkapan ICC yang dikeluarkan terhadap Netanyahu pada November 2024. Tujuan penerbangan itu disembunyikan dari radar,” demikian laporan Maariv.

Secara umum, rute penerbangan dari Tel Aviv ke Washington akan mengharuskan pesawat lepas landas ke arah barat melintasi Laut Mediterania. Biasanya, penerbangan ini akan melewati beberapa negara Eropa, seperti Yunani atau Turki, tergantung pada rute yang dipilih. Kemudian pesawat biasanya melewati wilayah udara negara-negara seperti Italia, Swiss, Prancis, atau Jerman sebelum melintasi Kanada dan akhirnya mendarat di Amerika Serikat.

Namun, mengacu pada laporan Maariv, rute khusus ini mengalami penyesuaian signifikan. Netanyahu sengaja menghindari wilayah udara Yunani dan rute selanjutnya diatur melalui Roma menuju Turin dan Lyon, kemudian langsung menyeberangi Samudra Atlantik.

Ini bukan hanya tindakan pengamanan perjalanan, tapi juga sebagai langkah strategis untuk memastikan keberlangsungan agenda politik penting Netanyahu di AS. Dalam kunjungan tersebut, Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, serta utusan khususnya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff. Pertemuan ini terjadi di tengah putaran perundingan gencatan senjata untuk Gaza yang sedang berlangsung.

Pada saat yang bersamaan, Netanyahu juga memiliki agenda penting yang akan dibahas yaitu mengenai situasi di Gaza, termasuk kemenangan atas Hamas dan pembebasan warga Israel yang ditahan. Netanyahu menjelaskan bahwa pertemuan ini nantinya akan membahas “kemenangan atas Hamas, pembebasan warga Israel yang ditahan di Gaza, dan perlawanan terhadap apa yang disebutnya sebagai poros Iran.”

Netanyahu menghadapi tekanan internasional setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November 2024 atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Namun, pemerintah AS, yang bukan bagian dari ICC, menegaskan dukungannya terhadap Israel dan tidak berkewajiban menangkap Netanyahu.

Kunjungan Netanyahu ke Washington pada Minggu malam waktu setempat mengindikasikan pentingnya hubungan strategis antara Israel dan AS, terutama di bawah kepemimpinan Trump yang secara terang-terangan mendukung Israel dalam berbagai kesempatan.

Langkah Netanyahu ini mencerminkan ketidakstabilan politik di kawasan Timur Tengah dan tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin dunia dalam mempertahankan legitimasi mereka di tengah ancaman internasional. Keputusan pengalihan rute penerbangan adalah contoh konkret dari kompleksitas politik global yang melibatkan diplomasi tingkat tinggi dan tindakan pencegahan keamanan yang ketat.

Menghindari tangkapan ICC menjadi prioritas utama bagi Netanyahu, sementara tetap fokus melanjutkan diskusi penting dalam pertemuannya dengan pemimpin dunia. Seminar ini diharapkan akan memberikan strategi konkret untuk menghadapi tantangan politik dan militer yang ada dan memastikan kerjasama erat dengan AS tetap terjaga.

Netanyahu berangkat dengan harapan besar bahwa interaksi dan diskusinya akan memperkuat posisi Israel di kancah internasional, meskipun berada di bawah bayang-bayang ancaman hukum dari ICC yang terus menghantui.

Terkini