Petani Kudus Bertekad Jadikan Perbukitan Patiayam Sentra Mangga Terbesar di Jawa Tengah

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:21:28 WIB
Petani Kudus Bertekad Jadikan Perbukitan Patiayam Sentra Mangga Terbesar di Jawa Tengah

JAKARTA - Di lereng Pegunungan atau Perbukitan Patiayam, Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekelompok petani berambisi untuk menjadikan wilayah ini sebagai sentra mangga terbesar di Jawa Tengah. Meskipun saat ini belum memasuki musim berbuah, pohon-pohon mangga yang tersebar di kawasan ini telah menjanjikan masa depan cerah bagi petani setempat.

Keinginan ini diutarakan oleh Ketua Kelompok Tani Wonorejo dari Desa Gondoharum, Mashuri. "Ya itu harapan kami, menjadi sentra mangga terbesar se-Jawa Tengah," ucapnya.

Kebun mangga yang kini mulai memikat perhatian, sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2020 ketika kelompok tani ini mulai menanami perbukitan dengan pohon mangga dan jenis pepohonan lainnya. Mereka berkolaborasi dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) untuk mendapatkan bibit berkualitas dan menjual hasil panen hingga ke luar daerah. "Jual sampai juga ke Bandung (Jawa Barat)," tambah Mashuri.

Alasan Memilih Mangga sebagai Komoditas Utama

Keputusan untuk menanami perbukitan dengan pohon mangga didasarkan pada hasil analisis lahan. Menurut Mashuri, tanah di kawasan Perbukitan Patiayam tidak cocok untuk tanaman buah lain, seperti durian, yang memerlukan tanah dengan sifat berbeda. "Di lingkungan kami, kelompok kami, tanahnya tanah liat, sehingga untuk durian itu tidak cocok. Sehingga (buah mangga, red) cara hitungan kalkulasi berapa harganya lebih murah dan bisa menghasilkan banyak," jelasnya lebih lanjut.

Saat ini, terdapat sekitar 25 ribu pohon mangga yang tersebar di area seluas 300 hektare dan dikelola oleh 337 petani. Selama musim panen, produksi bisa mencapai puluhan ton, dengan jenis mangga seperti Gadung dan Kwijai yang harganya di pasar cukup kompetitif. "Mangga saya Gadung dan Kwijai. Kalau di pasar induk kalau kita ngirim di awal musim itu sampai Rp16 ribu per kilo. Kalau Kwijai malah sampai Rp25 ribu per kilo," ungkap Mashuri.

Kendala dan Harapan

Namun, seperti perjuangan lainnya, jalan untuk mewujudkan mimpi ini tidak mulus. Salah satu hambatan utama adalah minimnya sumber daya manusia terlatih yang dapat mengoptimalkan hasil panen mangga. "Kelompok tani kami ini tidak bisa mengupayakan supaya mangga berbuah maksimal karena persoalan Sumber Daya Manusia (SDM)," ujar Mashuri. Oleh karena itu, ia berharap dukungan dari pemerintah setempat dalam bentuk sosialisasi dan peningkatan kapasitas petani. "Harapan kami, dinas terkait ikut membantu kelompok tani kami," tambahnya.

Dukungan dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation

Untuk mendukung inisiatif ini, BLDF melalui gerakan digital Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling) meluncurkan kampanye #OneActionOneTree (OAOT) di Desa Gondoharum. Gerakan ini mengubah aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti berlari dan bersepeda, menjadi bibit pohon multi guna, termasuk mangga, alpukat, petai, dan durian.

Dampak dari gerakan #OAOT dinilai semakin signifikan dalam pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan petani penerima bibit. Dengan target jangka panjang untuk mendirikan agroforestri, daerah ini diharapkan bisa menjadi salah satu produsen mangga terbesar di Provinsi Jawa Tengah.

"Kami juga membantu dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan kepada para petani, dan pemberian bibit hasil dari kegiatan #OAOT ini diharapkan dapat berdampak panjang bagi petani. Maka itu, dalam inaugurasi kali ini, BLDF memberikan bantuan 26.000 bibit serta sarana dan prasarana seperti gazebo kepada Kelompok Tani Wonorejo," ungkap Mutiara Diah Asmara, Director Communications Djarum Foundation.

Capaian dan Harapan ke Depan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, Jawa Tengah konsisten menjadi produsen mangga terbesar kedua di Indonesia dengan produksi rata-rata 512.914,3 ton per tahun. Selama ini, Kabupaten Kudus baru mencapai posisi ke-20 di provinsi, dengan produksi 6.840,9 ton pada tahun 2023.

Kepala Seksi Wilayah I Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Jawa, Ruhiat, menyatakan bahwa inisiatif di Desa Gondoharum adalah bukti nyata dari program perhutanan sosial. "Ikhtiar masyarakat untuk menanam di area perhutanan ini menunjukkan rasa memiliki yang kuat terhadap alam. Harapannya upaya senada dapat direplikasi oleh komunitas petani lain di desa-desa sekitar Perbukitan Patiayam ini," ujar Ruhiat.

Dengan dorongan dari BLDF dan keterlibatan masyarakat lokal, terwujudnya Perbukitan Patiayam sebagai sentra mangga di Jawa Tengah bukan lagi sekadar impian, melainkan visi yang perlahan menjadi kenyataan. Inisiatif ini tidak hanya menjanjikan keuntungan ekonomi bagi petani, tetapi juga pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

Terkini