Emas

Harga Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global: Perang Tarif dan Kebijakan Moneter Menjadi Faktor Utama

Harga Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global: Perang Tarif dan Kebijakan Moneter Menjadi Faktor Utama
Harga Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global: Perang Tarif dan Kebijakan Moneter Menjadi Faktor Utama

JAKARTA - Harga emas kembali melanjutkan tren penguatannya setelah sempat mencapai rekor tertinggi pada awal pekan ini. Situasi global yang semakin tidak pasti akibat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi faktor utama yang mendorong pergerakan harga emas. Tiongkok telah memberlakukan tarif balasan terhadap impor AS, merespons kebijakan tarif yang sebelumnya diumumkan oleh Washington.

Pada perdagangan Selasa, Tiongkok mengumumkan tarif baru sebesar 15 persen pada impor energi AS senilai kurang dari USD5 miliar, yang mencakup batu bara dan gas alam cair (LNG). Selain itu, tarif 10 persen juga dikenakan pada impor minyak dan peralatan pertanian dari AS. Langkah ini datang bersamaan dengan pengumuman penyelidikan terhadap Google atas dugaan pelanggaran antimonopoli, yang semakin memperburuk sentimen pasar global.

Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, mengungkapkan bahwa indikator teknis saat ini mengindikasikan tren bullish yang kuat pada pergerakan harga emas. “Kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish semakin mendominasi pergerakan harga emas. Diperkirakan XAU/USD masih berpotensi naik lebih tinggi hingga mencapai level USD2.875. Namun, jika terjadi reversal setelah kenaikan ini, harga emas dapat turun hingga USD2.813 sebagai target terdekatnya,” ungkap Andy dari analisis hariannya.

Pada Rabu, 5 Februari 2025, XAU/USD terus melanjutkan kenaikannya, mendekati level USD2.850. Respons pasar terhadap kebijakan tarif balasan dari Tiongkok dipandang sebagai langkah terukur yang bertujuan memberikan peringatan kepada AS, namun tetap menjaga kepentingan nasional dalam akses terhadap komoditas penting. Tarif balasan ini rencananya akan mulai berlaku pada 10 Februari, memberikan ruang bagi kedua negara untuk melanjutkan negosiasi.

Selain perang tarif, ekspektasi kebijakan moneter AS turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Data CME FedWatch Tool menunjukkan peluang The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga saat ini sebesar 86,5 persen, sementara peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin hanya mencapai 13,5 persen. Hal ini memberikan sinyal bahwa The Fed tidak akan segera mengubah kebijakan suku bunga dalam waktu dekat.

Dalam konteks ketenagakerjaan, data terbaru dari AS menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan turun drastis pada bulan Desember, menandai penurunan terbesar dalam 14 bulan terakhir. Meski demikian, tingkat perekrutan yang stabil dan rendahnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) mengisyaratkan bahwa pasar tenaga kerja masih cukup kuat.

“Hal ini menandakan The Fed kemungkinan akan menunda pemotongan suku bunga hingga setidaknya pertengahan 2025,” tambah Andy.

Menurut laporan JOLTS dari Departemen Tenaga Kerja AS, terdapat sekitar 1,1 lowongan pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur pada Desember. Angka ini turun dari 1,15 pada bulan sebelumnya, dengan lowongan pekerjaan yang menurun sebesar 556 ribu menjadi 7,6 juta, penurunan terbesar sejak Oktober 2023. Meski ada pelemahan di sektor tenaga kerja, angkanya tetap lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata sebelum pandemi pada tahun 2019.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa tidak ada urgensi untuk segera mengubah kebijakan suku bunga saat ini. Perlunya pendekatan yang hati-hati membuat emas tetap menjadi aset safe haven yang menarik bagi investor.

“Dengan kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, harga emas tetap menjadi aset safe haven yang menarik bagi investor. Tren bullish yang terus berlanjut memberikan peluang bagi XAU/USD untuk menguat lebih lanjut, terutama jika ketegangan perdagangan AS-Tiongkok semakin meningkat dan The Fed tetap mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi dalam beberapa bulan ke depan,” jelas Andy.

Dinamika ini menegaskan pentingnya memantau perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter untuk memahami arah pergerakan emas ke depan, di mana sentimen pasar global terus terpengaruh oleh ketidakpastian yang masih berlanjut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index