Cara Menghadapi Resesi

Cara Menghadapi Resesi Ekonomi dan Beberapa Penyebabnya

Cara Menghadapi Resesi Ekonomi dan Beberapa Penyebabnya
Cara Menghadapi Resesi

Cara menghadapi resesi dengan bijak sangat penting untuk dipahami agar kamu tidak perlu merasa panik saat menghadapi situasi ini.

Belakangan ini, isu resesi semakin banyak diperbincangkan, yang membuat banyak orang khawatir tentang dampaknya terhadap stabilitas ekonomi. 

Resesi sendiri terjadi ketika perekonomian suatu negara melambat atau memburuk, yang bisa dipicu oleh berbagai faktor seperti inflasi dan deflasi.

Untuk menghadapi resesi dengan lebih tenang dan mengurangi potensi dampak negatifnya, berikut adalah ulasan terkait cara menghadapi resesi yang perlu diketahui.

Apa Itu Resesi Ekonomi?

Resesi adalah istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika perputaran ekonomi di sebuah negara melambat atau memburuk.

Kondisi ini bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan bertahun-tahun, yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara selama dua kuartal berturut-turut dan terus berlanjut.

PDB sendiri merujuk pada total aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu negara selama periode tertentu

Ketika sebuah negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan selama dua periode berturut-turut, negara tersebut dapat dikatakan sedang mengalami resesi.

Penyebab Resesi

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan resesi di suatu negara. Cara mengatasi resesi ekonomi negara juga harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Beberapa penyebab utama terjadinya resesi ekonomi antara lain sebagai berikut:

1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa terus naik secara berkelanjutan. Kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mengurangi permintaan dan menyebabkan penurunan produksi barang dan jasa. 

Dalam jangka panjang, inflasi yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan pengangguran, kemiskinan, dan akhirnya berujung pada resesi.

2. Deflasi Berlebihan

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, di mana harga barang dan jasa terus menurun seiring waktu. Penurunan harga ini dapat menyebabkan upah kerja juga menurun. 

Biasanya, deflasi disertai dengan penundaan pembelian barang oleh konsumen yang menunggu harga lebih rendah. 

Bagi pemilik usaha, deflasi bisa sangat merugikan karena mereka harus menekan biaya produksi yang dapat berujung pada kerugian bisnis. Jika berlangsung lama, deflasi dapat menyebabkan penghentian aktivitas produksi oleh banyak perusahaan.

3. Gelembung Aset Pecah

Salah satu penyebab lain terjadinya resesi adalah pecahnya gelembung aset. Gelembung ini terjadi ketika investor membeli saham atau properti secara masif karena menganggap harga akan terus naik.

Namun, ketika kondisi ekonomi memburuk, mereka cenderung menjual aset secara cepat, yang menyebabkan penurunan harga secara tajam dan memicu panic selling. Kejadian ini bisa menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang berujung pada resesi.

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi yang mendadak juga dapat menyebabkan terjadinya resesi. Kondisi ini sering ditandai dengan penurunan daya beli masyarakat yang disebabkan oleh kesulitan finansial dan penumpukan utang yang tidak dapat dibayar.

5. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang pesat, terutama dalam bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI), dapat berkontribusi pada terjadinya resesi. 

Hal ini terjadi karena banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia digantikan oleh mesin atau teknologi. Akibatnya, lapangan pekerjaan berkurang, yang menyebabkan peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan.

6. Nilai Impor Lebih Besar daripada Ekspor

Faktor lain yang dapat menyebabkan resesi adalah ketidakseimbangan antara nilai impor dan ekspor suatu negara. Jika nilai impor lebih besar daripada ekspor, negara akan mengalami defisit anggaran, yang berujung pada penurunan pendapatan nasional.

Resesi dapat memberikan dampak yang luas bagi berbagai sektor, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat umum. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan langkah-langkah investasi yang bijak guna meminimalkan dampak resesi.

Bagi pemerintah, resesi bisa mengakibatkan penurunan pendapatan pajak dan non-pajak, serta meningkatnya tuntutan untuk membuka lapangan kerja baru akibat tingginya angka pengangguran.

Bagi perusahaan, resesi berisiko mengurangi daya beli masyarakat, yang berimbas pada penurunan pendapatan dan ancaman terhadap arus kas perusahaan. 

Hal ini sering kali memaksa perusahaan untuk mengambil langkah berat seperti melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Bagi pekerja atau masyarakat, dampak resesi bisa sangat langsung terasa, dengan kemungkinan pemotongan upah atau bahkan PHK. Kondisi ini dapat memperburuk keadaan finansial dan menyebabkan meningkatnya angka pengangguran serta kemiskinan.

Cara Menghadapi Resesi Ekonomi

Cara menghadapi resesi ekonomi sangat penting untuk dipahami agar kamu bisa bertahan dan meminimalkan dampaknya. Berikut ini beberapa langkah yang dapat membantu kamu menghadapinya dengan bijak.

1. Rencanakan Keuangan dengan Cermat

Sebelum resesi benar-benar terjadi, penting untuk mulai merencanakan anggaran keuangan dengan saksama. 

Langkah pertama adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan, dan mengurangi pengeluaran yang tidak penting seperti liburan atau kegiatan nongkrong.
Tujuannya adalah untuk menyisihkan lebih banyak dana yang bisa dialokasikan untuk menabung, membangun dana darurat, dan berinvestasi.

Di masa resesi, fokuskan lebih banyak uang untuk tabungan dan investasi, serta alokasikan sebagian untuk kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan.

2. Siapkan Dana Darurat

Pandemi Covid-19 lalu memberikan pelajaran penting mengenai ketidakpastian ekonomi yang bisa mempengaruhi berbagai sektor industri. 

Banyak sektor yang mengalami penurunan, yang memaksa perusahaan untuk memangkas biaya operasional dan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK).

Untuk menghadapi dampak dari PHK dan kesulitan mencari pekerjaan, penting untuk mulai mempersiapkan dana darurat. Tanpa dana darurat yang cukup, kamu bisa menghadapi kesulitan finansial yang lebih besar, bahkan terpaksa berutang. 

Idealnya, dana darurat yang disiapkan setara dengan enam kali pengeluaran bulanan.

Sesuaikan jumlahnya dengan tanggungan yang ada, dan simpan di instrumen yang mudah dicairkan, seperti tabungan bank, deposito, atau reksadana. Dengan dana darurat yang cukup, kamu bisa mengurangi dampak negatif resesi.

3. Usahakan untuk Menghindari Utang

Di tengah situasi ekonomi yang sulit, sangat disarankan untuk menghindari utang sebisa mungkin. Jika pengeluaran melebihi pemasukan, sebaiknya mulai meninjau kembali kebiasaan belanja dan memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.

Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan dapat memaksa kamu untuk berutang demi memenuhi kebutuhan. Selain itu, cicilan kartu kredit, pinjaman bank, KPR, dan pembiayaan lainnya juga sebaiknya dihindari untuk mengurangi beban keuangan. 

Secara umum, utang yang sehat sebaiknya tidak lebih dari 30% dari pendapatan bulanan. Namun, saat menghadapi resesi, idealnya utang tidak lebih dari 20% dari total pendapatan bulanan.

Jika sudah memiliki utang, prioritaskan pembayaran utang dengan bunga tinggi terlebih dahulu agar beban keuangan tidak semakin besar.

4. Lindungi Diri dan Keluarga dengan Asuransi

Untuk memberikan perlindungan kepada diri dan keluarga selama masa resesi, sebaiknya mulai mempersiapkan asuransi. Dengan asuransi, kamu dapat merasa lebih aman menghadapi biaya pengobatan atau kejadian tak terduga lainnya.

Pertimbangkan untuk mendaftar pada asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Jika kamu memiliki kendaraan berharga, asuransi kendaraan juga dapat menjadi pilihan yang bijak.

Dengan begitu, jika terjadi kerusakan atau kecelakaan pada kendaraan, kamu tidak perlu khawatir dengan biaya perbaikan.

Asuransi jiwa juga sangat penting, terutama jika kamu adalah tulang punggung keluarga. Dengan memiliki asuransi jiwa, kamu dapat memastikan bahwa keluarga tetap terjamin secara finansial meskipun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

5. Pelajari Keahlian Baru

Untuk mempersiapkan diri menghadapi resesi yang mungkin terjadi, sangat disarankan untuk mulai mempelajari keahlian baru. Jika resesi mengakibatkan kehilangan pekerjaan, keahlian yang kamu miliki bisa menjadi sumber pemasukan tambahan.

Ada banyak jenis keahlian yang bisa dipelajari, seperti otomotif, pemasaran, pemrograman, atau menjadi konten kreator. 

Dengan menguasai keahlian baru, kamu akan lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi dan tidak perlu khawatir tentang kesulitan finansial saat resesi terjadi.

6. Cari Sumber Pemasukan Tambahan

Penurunan perekonomian yang berkelanjutan dapat membuat banyak bisnis merugi dan bahkan tutup, yang berisiko menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Untuk mengantisipasi hal ini, penting untuk mulai mencari sumber pemasukan tambahan. Dengan memiliki pemasukan tambahan, kamu bisa lebih leluasa menyisihkan dana untuk dana darurat dan investasi. 

Beberapa usaha alternatif yang bisa dicoba antara lain berjualan online, bisnis kuliner, atau menjadi konten kreator. Dengan begitu, kamu akan lebih siap menghadapi resesi jika benar-benar terjadi.

7. Jangan Terlalu Khawatir dengan Investasi

Salah satu cara untuk menghadapi resesi 2023 adalah dengan tidak terlalu khawatir mengenai investasi. Saat resesi melanda, investasi justru bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kestabilan keuangan agar tetap aman.

Selain menabung, berinvestasi juga dapat menjadi langkah yang tepat untuk melindungi aset, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Dengan berinvestasi, kamu bisa lebih cepat mencapai tujuan jangka panjang dan memperbaiki keadaan keuangan di masa depan.

Untuk menghadapi resesi global, ada berbagai instrumen investasi yang bisa dipilih. Semakin tinggi risiko yang diambil, semakin besar pula potensi imbal hasil yang bisa diperoleh dari investasi tersebut.

Sebagai penutup, dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, cara menghadapi resesi bisa menjadi peluang untuk memperkuat kondisi keuangan dan mencapai tujuan jangka panjang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index