Jakarta – Menghadapi tahun 2024, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menghadapi tantangan baru dalam menetapkan target kredit konsumer. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyuarakan kekhawatiran terkait pelemahan daya beli masyarakat akibat meningkatnya harga barang dan jasa.
Situasi ini berbeda secara signifikan dibandingkan periode pandemi 2020-2021, di mana masyarakat mendapatkan bantuan dari program sosial dan dukungan melalui promosi e-commerce, Jumat, 24 Januari 2025.
Dalam konferensi pers Paparan Kinerja Tahun 2024 yang digelar secara virtual, Jahja menjelaskan bahwa perubahan ini mengharuskan BCA untuk lebih berhati-hati dalam strategi penetapan harga kredit konsumer. "Buying power ini makin melemah dan itu terefleksi dari penjualan para produsen kita, SME komersil yang relatively agak stagnan. Itu menyebabkan kita tahun ini harus lebih hati-hati dalam menentukan pricing daripada kredit konsumer ini," ujar Jahja.
Salah satu strategi BCA untuk menavigasi tantangan ini adalah dengan menawarkan skema kredit pemilikan rumah (KPR) yang kompetitif. Meskipun demikian, Jahja menekankan pentingnya memastikan kemampuan konsumen dalam melunasi cicilan dalam jangka panjang, mengingat periode pembayaran KPR yang bisa mencapai 15 tahun.
"Saat ini kalau dia pinjam, sampai the whole time dia bisa bayar. Kalau nggak, hanya di awal saja dia bisa bayar, ternyata 1 tahun, 2 tahun dia macet," jelas Jahja. Ia menambahkan bahwa risiko peningkatan cicilan dapat muncul ketika suku bunga kembali pada kondisi normal, sehingga kesadaran konsumen terhadap kemampuan pembayaran jangka panjang menjadi sangat krusial.
Lebih lanjut, Jahja mengungkapkan bahwa tren penggunaan kredit konsumer di BCA menunjukkan sebagian besar nasabah menggunakan kredit tidak sepenuhnya untuk kebutuhan rumah. Dari total 23.000 KPR yang disediakan BCA, hanya sekitar 6.000 yang benar-benar digunakan untuk pembelian rumah, sementara sisanya dipergunakan sebagai modal bisnis. "Ternyata lebih banyak yang menggunakan itu untuk refinancing. Arti apa? Mereka sebenarnya menggunakan itu untuk modal kerja," ujarnya.
BCA terus memantau situasi ini dengan cermat, karena permintaan real estate yang lambat dan potensial perlambatan bisnis dapat memengaruhi permintaan kredit. Jahja menekankan bahwa meskipun target BCA adalah peningkatan kredit konsumer, bank siap melakukan penyesuaian jika diperlukan guna mengantisipasi kondisi pasar yang menantang.