Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa skor kesehatan finansial generasi muda Indonesia masih tergolong rendah, hanya mencapai 40,06. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura yang mencatat skor 62, menurut OCBC NISP Financial Fitness Index. Dalam Festival Literasi Finansial 2024 yang digagas oleh OJK dan Bisniscom, pada Jumat (27/9/2024), Sekretariat Satgas Pasti OJK, Hudiyanto, menyoroti perilaku konsumtif anak muda yang sering kali menghabiskan uang untuk hiburan dan gaya hidup meskipun kondisi keuangan mereka masih belum stabil.
“Anak muda di Indonesia, mohon maaf, ekonominya belum kuat. Uangnya masih pas-pasan, tapi gayanya luar biasa. Sementara itu, anak muda di Singapura, yang mungkin berasal dari keluarga mapan, mendapatkan skor 62,” ujarnya.
Hudiyanto juga mencatat bahwa 56,6% generasi Z di Indonesia belum mulai menyisihkan uang untuk kebutuhan masa depan. Menurut Indonesia Gen Z Report 2022, pengeluaran impulsif, seperti untuk makanan dan hiburan, menyita antara 18,69% hingga 70,59% dari total pengeluaran mereka. Dengan populasi yang didominasi oleh generasi Z dan milenial, hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Dalam konteks ini, Hudiyanto berharap agar generasi muda dapat bangkit dan memperbaiki kebiasaan keuangan mereka demi masa depan yang lebih baik. Dia menekankan pentingnya literasi dan inklusi keuangan, yang saat ini masing-masing tercatat pada angka 65,43% dan 75,02%, menciptakan kesenjangan (gap) sebesar 9,59%. Kesenjangan ini dapat meningkatkan risiko bagi masyarakat, seperti salah dalam menggunakan produk keuangan, mudah tertipu, dan kesulitan dalam mengelola penghasilan.
“Risiko ini akan meningkat seiring dengan rendahnya literasi digital di Indonesia, yang saat ini berada di peringkat 56 dari 63 negara,” ungkapnya.
Hudiyanto menekankan pentingnya mengelola keuangan sejak dini dengan cara yang bijak, termasuk tidak bersikap konsumtif, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta membiasakan diri untuk berhemat. Jika terpaksa berutang, utang tersebut harus digunakan untuk keperluan produktif. Selain itu, generasi muda diingatkan untuk mulai belajar berinvestasi secara aman dan menghindari pinjaman online (pinjol) ilegal serta judi online (judol).
“Literasi keuangan membuat seseorang mampu mengelola uangnya dengan baik dan menghindari masalah keuangan di masa mendatang,” tutup Hudiyanto.
Dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, OJK terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada generasi muda agar lebih cerdas dalam mengelola keuangan mereka dan terhindar dari risiko yang dapat mengancam kestabilan finansial mereka di masa depan.