Bagi kamu yang tertarik untuk mencoba instrumen investasi ini, mungkin kamu akan menemukan istilah seperti saham blue chip dan saham LQ45. Bagi yang masih awam dengan perbedaan ini, simak penjelasan Dunia Fintech berikut ini.
Dewasa ini, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup populer di Indonesia. Melalui pasar modal atau bursa saham, masyarakat bisa meraih keuntungan yang lumayan signifikan daripada instrumen investasi lainnya.
Pengertian Saham Blue Chip
Saham blue chip merupakan perusahaan besar dengan reputasi yang sangat baik. Saham ini biasanya dimiliki perusahaan besar yang sehat secara finansial dan telah beroperasi selama bertahun-tahun dan memiliki pendapatan yang dapat diandalkan, sering kali membagikan dividen kepada investor.
Saham blue chip memiliki kapitalisasi pasar besaran miliaran, seacara umumnya adalah pemimpin pasar atau di antara tiga perusahaan teratas di sektornya. Artinya, saham blue-chip adalah saham paling populer untuk dibeli di kalangan investor. Istilah blue chip diyakini berasal dari permainan poker, yaitu blue chips merupakan chip yang paling mahal.
Sementara, pembayaran dividen tidak mutlak diperlukan agar suatu saham dianggap sebagai blue chip, sebagian besar blue chip memiliki catatan panjang pembayaran dividen yang stabil atau naik.
Saham blue-chip tergolong saham yang cocok digunakan sebagai kepemilikan inti dalam portofolio yang lebih besar, tapi ada baiknya untuk membeli saham lain untuk keberagaman portofolio. Portofolio yang terdiversifikasi akan berisi alokasi untuk obligasi dan uang tunai.
Dalam alokasi portofolio untuk saham, investor harus mempertimbangkan untuk memiliki mid-caps dan small-cap. Investor yang lebih muda umumnya dapat mentolerir risiko yang berasal dari kepemilikan persentase lebih besar dari portofolio mereka di saham, termasuk blue chips, sedangkan investor yang lebih tua dapat memilih lebih fokus dalam investasi yang lebih besar seperti obligasi dan uang tunai.
Pengertian Saham LQ45
Saham LQ45 merupakan kumpulan dari saham-saham terbaik yang ada di pasar modal. Saham LQ45 diluncurkan Februari 1997. Indeks saham LQ45, terdiri dari 45 emiten yang ukuran utamanya adalah likuiditas. Saham-saham LQ45 ini diseleksi dengan kriteria tertentu.
Salah satu kriteria penyeleksian adalah telah tercatat minimal selama tiga bulan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan kriteria lainnya adalah aktivitas transaksi di pasar reguler yang dilihat dari nilai, volume serta transaksinya.
Karena ini, biasanya, 30 dari 60 saham dengan nilai transaksi terbesar di pasar regular secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Saham-saham LQ45 bisa berada peringkat teratas disebabkan kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar ini, dilihat dari rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir.
Indeks LQ45 bertujuan sebagai pelengkap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan khususnya untuk menyediakan sarana yang objektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Tugas BEI adalah memantau perkembangan kinerja emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali BEI akan melakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Apabila ada saham yang sudah tidak memenuhi kriteria, maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat.
BEI mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal. Pergantian saham daftar LQ45 akan dilakukan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada awal Februari dan Agustus.
Perbedaan Saham LQ45 dan Saham Bluechip
Seringkali, saham-saham dalam LQ45 juga disebut sebagai blue chip. Padahal, tak semua saham LQ45 disebut sebagai blue chip. Pasalnya, selain punya kapitalisasi pasar yang besar dan ramai diperdagangkan, saham blue chip punya kriteria lainnya, yaitu saham yang menjadi market leader atau pemimpin pasar di sektornya.
Saham blue chip juga relatif lebih lama berada di pasar modal dan perusahaan itu telah mengalami peningkatan laba dan perkembangan yang signifikan.
Saham blue chip juga memiliki rasio utang dan aset yang stabil. Hal tersebut penting diperhatikan, sebab akan sebanding dengan risiko yang diterima investor. Kemudian, saham blue chip juga konsisten membagikan dividen kepada investor. Selain itu, saham blue chip memiliki kinerja yang solid.
Karena itulah, saham blue chip biasanya hanya dimiliki oleh perusahaan yang mampu mencetak laba rutin setiap tahunnya.