Pameran Ecophilia BI Dorong Kesadaran Lingkungan Generasi Muda Indonesia

Kamis, 11 Desember 2025 | 12:03:02 WIB
Pameran Ecophilia BI Dorong Kesadaran Lingkungan Generasi Muda Indonesia

JAKARTA - Upaya pelestarian lingkungan kini tidak hanya menjadi perhatian para aktivis atau pegiat konservasi. 

Lembaga-lembaga besar, termasuk institusi keuangan nasional, turut mengambil peran strategis untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap isu iklim dan ekosistem. Salah satu contoh terbaru adalah penyelenggaraan pameran “Ecophilia: Jaga Bumi, Jaga Generasi” oleh Bank Indonesia (BI). 

Pameran tematik yang berlangsung di Museum BI, Jakarta Pusat, ini menghadirkan pendekatan edukasi yang memadukan seni, pengetahuan ekologis, serta pengalaman multisensori yang dirancang untuk menggugah kepedulian, terutama di kalangan generasi muda.

Pameran Ecophilia dibuka untuk umum pada 11–15 Desember 2025, setiap hari pukul 08.00–15.30 WIB. Dengan memilih format pameran sebagai media edukasi, BI menghadirkan cara baru untuk menyampaikan pentingnya menjaga bumi—cara yang tidak hanya informatif, tetapi juga menyentuh aspek emosional melalui visual, narasi, dan ruang imersif.

Komitmen BI terhadap Keberlanjutan Lingkungan

Direktur Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau BI, Kurniawan Agung, menegaskan bahwa pameran ini merupakan salah satu wujud komitmen bank sentral dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keseimbangan ekologis. 

Fokus utama diarahkan kepada generasi muda, mengingat mereka akan hidup paling lama bersama dampak perubahan iklim yang kian terasa.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan berada di posisi rawan terhadap bencana akibat perubahan iklim. Rentetan banjir bandang di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara menjadi cermin bahwa ancaman iklim tidak lagi bersifat teoretis. 

“Kita negara kepulauan, tentunya kalau kita tidak melakukan langkah-langkah ke arah sana, tentunya risiko kita ke depan akan semakin berat,” ujarnya.

Uang Rupiah sebagai Media Pendidikan Lingkungan

Selain fokus pada edukasi ekologis, BI juga memanfaatkan pameran ini untuk memperkenalkan kebijakan lembaga yang berkaitan dengan keberlanjutan. 

Direktur Departemen Komunikasi BI, Anton Pitono, menjelaskan bahwa Ecophilia menjadi momentum untuk menunjukkan bagaimana bank sentral turut berkontribusi menjaga lingkungan melalui berbagai kebijakan internal, termasuk materi numismatik yang ditampilkan.

Ia menyoroti koleksi uang rupiah yang memuat ilustrasi alam Nusantara sebagai bagian dari edukasi publik. Bagi Anton, rupiah bukan hanya alat pembayaran, melainkan juga media yang memuat identitas bangsa dan pesan pelestarian alam yang telah hadir sejak lama. 

“Mudah-mudahan para pengunjung juga bisa memahami bahwa sejarah uang itu pun juga terinspirasi dari pesan-pesan menjaga dan melestarikan lingkungan,” ucapnya.

Alur Introspektif dalam Pameran Ecophilia

Pengalaman pengunjung dalam pameran ini dirancang melalui sebuah storyline yang membawa mereka dalam perjalanan reflektif mengenai hubungan manusia dengan alam. 

Alur cerita tersebut disusun bertahap: mulai dari harmoni ekosistem, keindahan alam Indonesia, ancaman krisis lingkungan, hingga ajakan konkret untuk ikut beraksi menjaga bumi.

Pameran Ecophilia terdiri dari enam zona utama yang masing-masing menyampaikan pesan berbeda, sekaligus saling mengait satu sama lain agar pengunjung dapat memahami isu lingkungan secara utuh.

Enam Zona Pameran Ecophilia

1. Lorong Ecophilia: Gerbang Menuju Hati Bumi

Zona pertama menjadi titik awal yang memperkenalkan konsep ecophilia. Ruang ini mengajak pengunjung untuk mulai membuka sudut pandang dan merasakan hubungan emosional dengan bumi. Narasi pembukanya dirancang untuk membangkitkan kesadaran bahwa bumi adalah satu kesatuan yang perlu dihargai dan dijaga.

2. Pelataran: Harmoni Ekosistem

Di zona kedua, pengunjung diperlihatkan bagaimana berbagai elemen alam bekerja secara selaras. Materi edukasi menggambarkan bahwa setiap bagian ekosistem memiliki fungsi yang saling terhubung. Zona ini mengajak pengunjung untuk memahami betapa rapuhnya keseimbangan itu bila manusia melakukan praktik merusak.

3. Rupa Indah: Kepingan Surga Nusantara

Zona ini adalah perayaan keindahan alam Indonesia. Melalui visual, foto, instalasi seni, dan elemen multimedia, pengunjung diajak mengagumi kekayaan alam seperti pegunungan, hutan tropis, pantai, hingga flora dan fauna endemik. Zona ini memperkuat rasa bangga sekaligus menyadarkan bahwa kekayaan tersebut sangat patut dijaga.

4. Krisis Bumi: Waktu Kita Hampir Habis!

Perjalanan emosional pengunjung berubah ketika memasuki zona keempat. Di sinilah ancaman nyata perubahan iklim ditampilkan. Mulai dari data kenaikan permukaan air laut, kebakaran hutan, cuaca ekstrem, hingga bencana lain diperlihatkan melalui multimedia interaktif. Zona ini menjadi alarm peringatan bahwa kerusakan lingkungan telah berada pada titik kritis.

5. Aksi Bersama: Kita untuk Lingkungan

Setelah memahami ancaman, zona selanjutnya mengajak pengunjung melihat berbagai inisiatif nyata yang bisa dilakukan. BI menampilkan contoh aksi kolaboratif antara pemerintah, komunitas, lembaga keuangan, hingga individu. Pesannya jelas: perubahan dimulai dari tindakan kecil yang dilakukan bersama.

6. Koda: Janji Hijau

Zona terakhir sekaligus menjadi penutup pameran. Di sini, pengunjung diajak untuk membuat refleksi pribadi dan membangun komitmen menjaga lingkungan. Narasi penutupnya dirancang untuk memperkuat ajakan bahwa melestarikan bumi adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah atau lembaga tertentu.

Terkini