Kelangkaan dan Lonjakan Harga Gas LPG 3 Kg di OKU Selatan, Berikut Penyebabnya

Rabu, 26 Maret 2025 | 00:31:06 WIB
Kelangkaan dan Lonjakan Harga Gas LPG 3 Kg di OKU Selatan, Berikut Penyebabnya

JAKARTA - Masyarakat di Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan, kini menghadapi masalah kelangkaan gas LPG 3 kilogram (kg), atau yang sering disebut gas melon. Masalah ini semakin terasa menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri 1446 Hijriah, yang membuat harga gas subsidi tersebut melonjak tajam di tingkat pengecer.

Kelangkaan gas LPG 3 kg telah menjadi sorotan sejak beberapa pekan terakhir, dengan banyak warga yang mengeluh kesulitan mendapatkan pasokan gas. Salah seorang warga, Samsuri (45) yang tinggal di Kelurahan Pasar, Kecamatan Muaradua, Kabupaten OKU Selatan, mengungkapkan bahwa dirinya sudah kesulitan mencari gas melon dalam dua minggu terakhir.

Kenaikan Harga Gas LPG 3 Kg Capai Rp 35.000 per Tabung

Samsuri mengaku bahwa harga gas LPG 3 kg yang sulit didapatkan di pasaran saat ini sangat tinggi. Di tingkat pengecer, harga gas melon bisa mencapai Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per tabung, sementara harga di pangkalan mencapai Rp 25.000 per tabung. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari harga normal yang seharusnya berada di bawah Rp 20.000 per tabung.

“Cari tabung gas LPG 3 kg saat ini sangat sulit, harganya pun melonjak tinggi. Kalau ada, harganya sudah sangat mahal. Sungguh, ini sangat memberatkan kami,” keluh Samsuri pada wartawan. Ia menambahkan bahwa kelangkaan ini sangat dirasakan oleh keluarga-keluarga dengan penghasilan menengah ke bawah yang sangat bergantung pada gas melon untuk kebutuhan sehari-hari, terutama saat bulan Ramadan yang identik dengan kegiatan memasak untuk sahur dan berbuka puasa.

Penyebab Kelangkaan Gas LPG 3 Kg di OKU Selatan

Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten OKU Selatan, Evita Winda, mengonfirmasi adanya kelangkaan gas LPG 3 kg di wilayah tersebut. Ia menjelaskan bahwa lonjakan harga dan kelangkaan gas melon ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan.

“Pada bulan Ramadan ini, konsumsi LPG memang meningkat, karena banyak masyarakat yang menggunakan gas untuk memasak, terutama untuk kebutuhan sahur dan berbuka. Hal ini menyebabkan pasokan gas melon menjadi terbatas,” ungkap Evita saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Selain itu, Evita menduga adanya peralihan penggunaan gas non-subsidi ke gas subsidi oleh masyarakat, yang juga turut memperparah kelangkaan pasokan. Menurutnya, banyak warga yang sebelumnya menggunakan gas non-subsidi kini beralih ke gas LPG 3 kg karena harga gas non-subsidi yang lebih mahal.

“Banyak masyarakat yang beralih ke gas melon dari gas non-subsidi. Hal ini mungkin dipicu oleh daya beli masyarakat yang menurun, sehingga mereka memilih gas subsidi yang harganya lebih terjangkau,” paparnya.

Upaya Menambah Pasokan Gas LPG 3 Kg

Untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi, pihak pemerintah Kabupaten OKU Selatan telah melakukan beberapa langkah. Sejak 11 Maret 2025, pihak Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Muaradua, yang merupakan salah satu titik distribusi utama gas LPG di OKU Selatan, telah menambah suplai gas melon selama bulan Ramadan.

“Pihak SPBE telah menambah suplai gas sebanyak 13 mobil setiap harinya. Satu mobil berisi 1.680 tabung, jadi setiap hari ada tambahan 21.840 tabung gas LPG 3 kg yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Evita, memberikan penjelasan mengenai upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang.

Meskipun demikian, meskipun upaya ini sudah dilakukan, Evita mengakui bahwa lonjakan harga di tingkat pengecer masih di luar kendali pemerintah daerah. “Harga di tingkat pengecer memang sudah sangat tinggi dan kami tidak dapat mengendalikannya. Namun, kami memastikan bahwa harga gas LPG di tingkat agen masih sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan,” tambahnya.

Pengawasan dan Langkah Lanjutan untuk Mengatasi Kelangkaan

Sebagai bentuk pengawasan lebih lanjut, pemerintah daerah terus memonitor distribusi dan harga gas LPG 3 kg di lapangan. Namun, mereka berharap agar harga di tingkat pengecer bisa kembali normal seiring dengan semakin stabilnya pasokan gas ke masyarakat. Untuk itu, pemerintah kabupaten OKU Selatan juga menghimbau agar masyarakat tetap membeli gas LPG sesuai kebutuhan dan tidak melakukan penimbunan yang dapat memperparah kelangkaan dan harga yang melambung.

Selain itu, Evita juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memahami kondisi yang tengah terjadi dan bersabar selama proses penambahan pasokan gas LPG berlangsung. Ia berharap bahwa dengan langkah-langkah yang telah diambil, kelangkaan gas LPG 3 kg ini dapat segera teratasi, dan harga dapat kembali ke harga yang wajar.

Harapan Masyarakat dan Pemerintah untuk Solusi Jangka Panjang

Kelangkaan gas LPG 3 kg yang terjadi di OKU Selatan menjadi peringatan bagi pihak berwenang untuk mencari solusi jangka panjang guna menjaga stabilitas pasokan dan harga gas subsidi. Salah satu solusi yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah dengan meningkatkan kapasitas distribusi gas dan memperbaiki pengawasan distribusi agar tidak ada penimbunan atau spekulasi harga yang merugikan masyarakat.

Samsuri, salah seorang warga yang merasakan langsung dampak dari kelangkaan ini, berharap agar pemerintah dapat segera mengambil tindakan tegas agar kelangkaan gas LPG 3 kg ini tidak terjadi lagi, apalagi pada momen penting seperti bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri. “Kami berharap ada solusi permanen, karena kami sangat bergantung pada gas ini. Semoga pemerintah bisa memberikan perhatian lebih,” ujarnya.

Dengan adanya penambahan suplai dan langkah-langkah pengawasan yang terus dilakukan, diharapkan pasokan gas LPG 3 kg di OKU Selatan dapat kembali normal. Sementara itu, masyarakat di Kabupaten OKU Selatan juga berharap agar harga gas melon dapat kembali terjangkau agar tidak membebani keuangan rumah tangga, terutama bagi mereka yang membutuhkan gas untuk kebutuhan sehari-hari.

Terkini