TOBA Hadapi Pengurangan Cadangan Batu Bara, Fokus Alihkan Pendapatan ke Energi Terbarukan

Kamis, 14 November 2024 | 18:26:20 WIB

JAKARTA – PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) tengah bersiap menghadapi masa akhir operasi sejumlah konsesi tambang batu bara. Direktur TOBA, Juli Oktarina, mengungkapkan bahwa berdasarkan rencana kerja perusahaan, cadangan batu bara di konsesi yang dikelola akan habis antara 2025 hingga 2027, dimulai dari PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) pada 2025, kemudian disusul PT Trisensa Mineral Utama dan PT Indomining pada 2026-2027. Meski izin kontrak tambang untuk anak usaha masih berlaku, TOBA tidak berencana memperpanjang kontrak maupun mengakuisisi tambang baru.

"Cadangan batu bara dari konsesi-konsesi ini akan habis dalam waktu dekat, dan kami tidak akan memperpanjang kontrak untuk tambang ini atau mencari tambang baru," ujar Juli dalam pertemuan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurutnya, penurunan pendapatan di segmen batu bara ini sudah diprediksi dan diantisipasi dengan fokus TOBA untuk beralih ke sektor energi baru terbarukan (EBT) dan manajemen limbah, Kamis, 14 November 2024.

Diversifikasi Pendapatan: Fokus pada EBT dan Manajemen Limbah
Sebagai langkah diversifikasi, TOBA telah mengamankan pendanaan segar senilai US$144,8 juta dari hasil divestasi dua aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Dana ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan bisnis EBT dan proyek manajemen limbah. Juli Oktarina menyatakan bahwa investasi ini penting untuk menjaga EBITDA perusahaan setelah batu bara dan PLTU tidak lagi menjadi sumber pendapatan utama.

Laporan Keuangan Kuartal III/2024
Dalam laporan keuangan kuartal III 2024, TOBA mencatatkan pendapatan sebesar US$336,65 juta, namun turun 9,11% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pendapatan sektor batu bara masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 80,51%, atau sekitar US$271,05 juta, meskipun ekspor turun 15,63% YoY menjadi US$200,62 juta. Sementara itu, pendapatan domestik TOBA di sektor batu bara mencatat kenaikan signifikan sebesar 157,10% menjadi US$70,42 juta.

Pendapatan dari ketenagalistrikan, yang menyumbang 13,23% atau senilai US$44,54 juta, mencatat pertumbuhan 1,46%. Selebihnya, TOBA memperoleh pendapatan dari sektor kelapa sawit dan bisnis hijau, termasuk pengelolaan limbah yang memberikan kontribusi sekitar 4,94% atau senilai US$9,75 juta dari total pendapatan.

Transformasi Bisnis Hijau sebagai Masa Depan TOBA
Melihat tantangan yang dihadapi dalam sektor batu bara, TOBA mempercepat upaya untuk mentransformasi bisnisnya ke arah energi hijau yang berkelanjutan. Pengembangan di sektor EBT dan manajemen limbah, bersama kolaborasi baru yang sedang dijajaki, diharapkan mampu menggantikan pendapatan dari sektor batu bara di masa depan.

Manajemen TOBA menyatakan komitmen untuk mempertahankan kinerja stabil dalam menghadapi era transisi energi. Strategi diversifikasi ini akan memperkuat portofolio perusahaan sebagai pelaku bisnis hijau dan berkelanjutan di Indonesia, seiring penurunan cadangan batu bara yang diproyeksikan selesai dalam tiga tahun ke depan.

Terkini