Ekonom Senior: Pendanaan Penting untuk Mengembangkan Bisnis Pertamina

Rabu, 27 November 2024 | 18:12:55 WIB
Bisnis Pertamina

Ekonom senior Ryan Kiryanto menilai, pendanaan untuk kepentingan  investasi di perusahaan migas sekelas Pertamina merupakan hal yang penting dalam kerangka pengembangan bisnis. Sebab, dengan investasi itulah, Pertamina berkembang menjadi besar.

Untuk investasi tersebut, Pertamina tentu tidak mungkin sepenuhnya mengandalkan sumber pendanaan dari internal perusahaan 100%. Wajar, sebuah perusahaan melakukan "leverage" melalui pendanaan eksternal, selama bisa menghasilkan pertumbuhan yang meningkat. Apalagi, Pertamina tetap mampu memanfaatkan pendanaan tersebut secara produktif, menghasilkan pertumbuhan, dan memastikan prinsip GCG dijalankan dengan baik.


”Kebutuhan investasi tiap tahun itu penting dalam kerangka pengembangan bisnis atau business growth untuk peningkatan kinerja. Itu dogmanya. Jadi kalau Pertamina menuju kesana, itu betul. Apalagi Pertamina menjalankan dengan GCG, itu sudah given. Mutlak,” kata Ryan kepada media hari ini.

Yang penting, imbuh Ryan, tujuan pengembangan investasi sesuai dengan kebutuhan. Seperti membeli mesin produksi baru, dan lain-lain, yang hasilnya akan dituai di tahun-tahun berikutnya. Ini bisa dilihat dari pertumbuhan nilai bisnis, peningkatan omzet serta nilai aset.

Makanya, jelas Ekonom Senior & Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) tersebut, jika Pertamina memiliki rencana investasi, maka BUMN tersebut sedang mengarah menjadi lebih baik.

“Sebaliknya, jika ada BUMN yang tidak pernah investasi, atau investasinya lebih kecil, justru salah. Bukannya mau maju, tapi mundur. Di saat perusahaan plat merah agresif belanja investasi, lha ini kok malah pelit. Bahaya itu,” kata Ryan lagi.

Dia juga menegaskan bahwa investasi tidak bisa dimaknai hanya sebagai utang semata jika dikelola untuk menghasilkan pertumbuhan bisnis dan profit. Sebab, dengan investasi, akan searah dengan peningkatan produktivitas, mempermudah cara kerja dan ujungnya adalah profit. “Uang yang dibelanjakan untuk investasi mesin-mesin itu, akan kembali tiap tahun dan meningkat meningkat gitu,”ujar dia.

Apalagi, kata Ryan, selama ini Pertamina selalu memberi kontribusi yang sangat besar kepada negara. Pada 2023 saja misalnya, BUMN ini mampu menyumbang bagi penerimaan negara yang mencapai Rp 304,7 Triliun.

Bahkan, melalui pendanaan tersebut Pertamina mampu untuk terus bertumbuh, yang tercermin dari peningkatan nilai aset perusahaan yang meningkat dari USD 51,2 miliar di tahun 2017 menjadi USD 91,1 miliar di tahun 2023, atau naik sekitar USD 39,9 miliar. Selama periode yang sama, Pertamina juga mampu meningkatkan pendapatan usaha dari USD 42,9 miliar pada tahun 2017 menjadi USD 75,8 miliar, atau meningkat 76.7%.

”Ini kan menunjukkan bahwa sudah berjalan dengan baik. Kan itu alat ukurnya. Misalnya begini, dalam tempo 10 tahun investasi tersebut sudah berlipat-lipat hasilnya. Itulah hasilnya, itulah yang disebut good investment. Prinsipnya gini,  Pertamina keluar Rp1 tetapi dapatnya Rp3. Itu matematikanya gitu. Itu namanya good investment,” kata Ryan.

Sebaliknya, jika kita investasinya Rp3 tetapi hanya menghasilkan Rp 1, Ryan menyebut sebagai bad investment. ”Dan yang dilakukan Pertamina jelas good investment,” imbuhnya.

Maka, pentingnya melakukan GCG dalam menerima dan mengelola investasi dan sebelum memutuskan sudah memiliki kajian dan riset yang baik sehingga bisa menghasilkan good investment.

Apalagi, Pertamina saat ini juga diminta mendukung target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) yang harus dipercepat, sehingga membutuhkan investasi untuk mengadakan energi baru terbarukan dan mengakhiri penggunaan energi fosil.

Terkini