Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menetapkan target ambisius untuk melatih hingga satu juta orang pada tahun 2025. Angka ini melonjak drastis dibandingkan capaian saat ini, yang masih berkisar 200 ribu peserta pelatihan per tahun.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, mengungkapkan bahwa target ini bertujuan meningkatkan daya serap tenaga kerja di berbagai sektor. “Saat ini, jumlahnya masih di angka 200 ribu per tahun. Tahun depan, 2025, kami ingin melatih satu juta orang melalui berbagai fasilitas seperti balai vokasi, balai latihan kerja, dan BLK Komunitas. Memang ini target yang ambisius, tapi kami optimis bisa mencapainya,” ungkapnya dalam wawancara di Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2024).
Untuk merealisasikan target tersebut, Kemnaker berencana memetakan kebutuhan tenaga kerja sesuai permintaan industri. Yassierli menekankan pentingnya menciptakan kurikulum pelatihan berbasis kebutuhan pasar kerja untuk mengatasi masalah ketidakselarasan (mismatch) yang selama ini menjadi hambatan.
“Kita harus mulai dari permintaan pasar terlebih dahulu. Setelah itu, kami akan merancang kurikulum dan sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan tersebut,” jelasnya.
Selama ini, berbagai pelatihan yang disediakan pemerintah dinilai kurang optimal karena tidak sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri. Pendekatan baru ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas program pelatihan dan membantu tenaga kerja lebih mudah terserap di pasar kerja.
Yassierli juga menyoroti perlunya memperluas akses masyarakat terhadap program ketenagakerjaan. Salah satu upayanya adalah dengan mengoptimalkan platform SIAPkerja, yang dirancang untuk membantu masyarakat mencari lowongan kerja dan meningkatkan keterampilan, namun belum dikenal secara luas.
Selain itu, Kemnaker mendukung visi pemerintahan Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% melalui program prioritas seperti kemandirian pangan, hilirisasi industri, dan kemandirian energi. Dalam konteks ini, Kemnaker berperan menyiapkan tenaga kerja terampil di sektor-sektor strategis tersebut.
“Misalnya, untuk kemandirian pangan, kami telah berdiskusi dengan Kementerian Pertanian terkait kebutuhan operator mesin pertanian. Jika dibutuhkan 25 ribu operator, kami akan siapkan pelatihan dan sertifikasinya,” ujar Yassierli.
Digitalisasi dan Pengembangan Talenta untuk Pasar Global
Di tengah percepatan digitalisasi, Kemnaker juga berupaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja agar mencapai level menengah ke atas, sehingga dapat bersaing di pasar internasional.
“Kami ingin tenaga kerja Indonesia tidak hanya produktif, tetapi juga memiliki keterampilan medium hingga high skill. Ini akan membuka peluang bagi mereka untuk diminati pasar tenaga kerja global, khususnya di sektor digital,” tutupnya optimis.